![]() |
||||
MENANTI KEJUJURAN LEGISLATIF Mengapa mereka rela melakukan itu? Karena mereka sadar bahwa di pasarlah sentra komunitas manusia dari beragam latar belakang berkumpul , dan mereka faham sekali bahwa di pasarlah mereka bias leluasa berdialog menggali masalah sekaligus berempati. Dan tentu saja mereka mengharapkan akan mendulang suara demi sebuah kursi empuk di legislatif. Sekarang setelah tujuan tersebut tercapai, berbagai fasilitas sudah dinikmati dengan gaji dua puluh kali lipat -- bahkan lebih -- dari penghasilan pedagang ikan, di mana paras senyum simpul mereka? Dalam suatu waktu ketika sedang menikmati secangkir kopi disebuah warung di pasar Lombok yang kumuh dan sumpek, penulis menangkap sebuah dialog terbuka antara tukang becak, buruh angkutan, dan para pedagang hampar (lapak). Temanya mulai dari soal melesetnya tebakan togel (kupon putih), semakin seretnya penghasilan, harga barang kebutuhan pokok yang cendrung naik, anak-anak mereka yang putus sekolah, sampai kepada masalah ikan air tawar yang semakin susah dipancing karena maraknya penangkap ikan dengan alat strum listrik. Dari sejumlah tema dialog warung kopi itu, penulis mendapatkan beberapa kesimpulan:
PROAKTIF Dari pilpres satu dan dua, jelas sekali rakyat sebetulnya menginginkan perubahan. Hal ini terlihat sekali dari mengentalnya dari mayoritas rakyat memilih Susilo Bambang Yodoyono. Perbuhan-perubahan yang berarti dan nyata, yang mampu memenuhi rasa keadilan dan perbaikan kesejahteraan. Legislatif mestinya harus sensitif dan tanggap, kembalikan dukungan rakyat dalam bentuk pengawasan dan legislasi yang bermuara kepada kesejahteraan rakyat, bukan untuk kesejahteraan segelintir orang atau kelompok tertentu. Metodenya bukan lagi dengan cara menunggu. Selama ini yang kita saksikan DPRD seringkali bertindak setelah media massa memberitakan atau setelah didemo oleh sejumlah masa. Legislatif seyogyanya mereka proaktif menggali dan menyelami sendiri permasalahan-permalasahan rakyatnya. Caranya antara lain, mengunjungi sentra-sentra komunitas masyarakat, di pasar, di bundaran besar (malam Minggu), di acara-acara tertentu seperti di Masjid, Gereja, kuil, dan bahkan di perkampungan-perkampungan kumuh. Datang, ngaso, dan berdialog sebagaimana yang mereka lakukan ketika mencari simpatik memperoleh suara. Insya Allah, permasalahan-permasalahan riil masyarakat akan penuh sesak memenuhi tas kerja para anggota dewan yang terhormat. Kami tunggu Anda di warung pojok. |
![]() |